Sabtu, 18 Juli 2020

Cerpen


At-tarajji

Saat senja beranjak meninggalkan peredarannya Nabila mulai termenung di pojok jendela ditemani kilauan bintang memikirkan keberangkatannya ke pesantren esok hari namun, gadis itu tak larut dalam fikirannnya cukup sederhana baginya “yang penting aku melanjutkan sekolah walau harus ke pesantren” Nabila membatin
            Saat esok tiba  dia nampak siap dan yakin dengan langkah yang akan ditempuhnya,tak terlihat rona kesedihan terpancar dari wajahnya sedikitpun.
            “Nabila berangkat ummi ,mohon doanya” menjabat tangan serta memeluk umminya,
“iya nak doa ummi senantiasa mengiringi ayunan langkahmu” kata ummi berusaha tegar melepas anaknya. Kemudian gadis itu bergeser ke depan abinya
 “Nabila berangkat abi”
            “iya nak hati-hati dijalan, belajar baik-baik yah” tutur abinya penuh harap
            Kemudian Nabila melangkah perlahan meninggalkan abi dan umminya menuju paman yang sedang menunggu dengan motor hondanya siap melaju mengantar nabilah ke pesatren. Kebetulan paman Nabila salah satu guru yang mengajar di pesantren tempat Nabila akan sekolah.
            Saat tiba dipesantren Nabila ditemani omnya mencari asrama untuk dia tinggali. Setelah menemukan asrama yang pas menurut Nabila kemudian omnya pun beranjak meninggalkannya.
            Keesokan harinya merupakan hari pertama dia menginjakkan kaki di ruang kelas 1MA.
Dari asrama kekelas yang jaraknya tak begitu jauh ia melangkah seperti langkah seorang laki-laki sehingga gadis itu menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasnya.
            “eh, kamu kok jalannya kayak gitu sih dasar cewek tomboy.” sahut seorang temannya.
“mau-mau aku dong aku jalan pake kakiku sendiri emang nyusahin kamu. Nggak kan?”  timpal Nabila santai.
“udah gak usah di dengar ayo kita masuk ke kelas”temannya yang lain mengajak
“ Namaku Ranum” lanjut temannya sembari mengulurkan tangan
“aku Nabila” denga seulas senyum dia menyambut uluran tangan Ranum. Dan saat itu juga mereka mulai akrab.
            Suatu hari saat pelajaran tauhid pak guru memaparkan sedikit sejarah Yaman tempat Habib Munzir maha guru beliau menuntut ilmu. Nabila pun mulai penasaran dan bertanya-tanya dalam hati bagaimanakah sosok negri Yaman itu?.
            Akhirnya Nabila pun menggali informasi berupa artikel-artikel melalui internet saat dia berkunjung ke rumah pamannya di belakang mushollah pesantren. Dari situlah Nabila menemukan qalam Al-imam Abdurramad Assegaf “setetes ilmu di Tarim lebih baik daripada lautan ilmu diluar Tarim” dan qalam Al-imam Abdullah Al-Haddad “ Andai saja engkau mengeluarkan seluruh hartamu untuk mengunjungi kota Tarim maka apa yang engkau dapatkan akan lebih banyak daripada apa yang engkau keluarkan” perkataan  itu dapat membuat hati seorang gadis tomboy tergugah berangan menuntut ilmu kenegeri Yaman.
            Nabila mengutarakan keinginannya sanagt antusias ke Ranum seketika di aminkan oleh sahabatnya itu. Tapi seorang teman yang mendengarnya berkata dengan nada meremehkan
” Mana mungkin kau akan kesana. Berapa hadis dan jus yang kau hafal?”
 “emang kamu tuhan yang bisa memfonis aku begitu. Semua butuh proses tau.” Sanggah Nabila penuh kesal.
            Suatu waktu pada pelajaran balagah pak guru menjelaskan tentang at-tamanni dan at-tarajji yaitu angan-angan yang mustahil tercapai dan yang mungkin saja tercapai. Saat membahas at-tarajji yang terpampang difikiran Nabila hanya Tarim, Tarim dan Tarim “walau aku lulusan SMP dan otak  pas-pasan tapi dengan kesungguhan maka akan ku taklukkan anganku” Nabila membatin.
            Tahun kedua dia dipesantren masih sangat santai menuntut ilmu namun, seiring berjalannya waktu ia mengenal lebih jauh tentang negri Yaman. Semakin kuat angannya sampai suatu malam  dia bermimpi mengunjungi negeri sejuta wali yang membuat hatinya begitu tentram.
            Saat beranjak kelas 3 MA Nabila mulai bersungguh-sungguh mempelajari ilmu Qawaid yang akan memudahkannya menguasai bahasa arab dia juga lebih sering berdiskusi dengan teman-temannya yang bisa dibilang juga mahir dalam bidang Qawaid. Akhirnya sosok Nabila yang terkenal tomboy lulus di ujian pondok dengan nilai yang memuaskan. Dia berencana akan memprdalam pengetahuannya di tanah Jawa dan orang tuanya pun mengizinkan.
            Saat menuntut ilmu di  Jawa Nabila lebih meningkatkan kesungguhannya tak sedikitpun waktu dipergunakannya sia-sia, gadis itu senang menjelajah untuk  menemukan ustazah atupun teman yang dapat membimbingnya. Kesungguhannya berbuah manis 2 tahun dia menuntut ilmu di tanah Jawa akhirnya dapat menghafal 2000 hadis dan 30 juz Al-qur’an. Saat dikhatamkan rona bahagia terpancar sangat kental dari wajahnya, matanya berbinar-binar bak bintang berkilau namun, tak mampu dia bendung haru dalam hatinya hingga akhirnya menitihkan air mata dan yang sangat membuatnya bahagia saat mendapat beasiswa menuntut ilmu ke Dar zahro’ negri Yaman yang sejak dulu diimpikannya.
            Seminggu sebelum keberangkatannya ke Yaman, Nabila kembali kekampung halamannya memberi kabar gembira untuk kedua orang tuanya. Kehadiran Nabila disambut begitu hangat oleh orangtuanya. “Abi ummi alhamdulillah Nabila telah mencapai target dan kemarin sudah dikhatamkankan” tutur Nabila bahagia
“Alhamdulillah nak  harapanmu selama ini tercapai. Kamu mau mengajar dimana nak?” tanya abi
“belum abi, Nabila belum mau mengajar. Nabila masih ingin melanjutkan pendidikan ,kemarin nabila dapat beasiswa ke dar zahro’ di Yaman. Jika abi dan ummi ridho insyaallah Nabila berangkat minggu depan” Nabila berkata dengan penuh harap
“ maaf nak berat rasanya melepasmu kesana abi harap kamu akan tetap tinggal disini bersama abi dan ummi. Abi rasa pendidikanmu di Jawa sudah cukup” tukas abi
            Ummi hanya terdiam dengan keputusan abi dan Nabila hanya mampu mengiyakan karena dia terbilang anak yang patuh. Dengan rasa sedih yang mendalam ia segera melangkah menuju kamarnya kemudian menelfon ustazah dengan berat hati Nabila memberitahu bahwa dia membatalkan keberangkatannya ke Yaman.
            Saat sepertiga malam dia terbangun bersegera mengambil air wudhu kemudian menunaikan sholat tahajjud mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dalam sujudnya dia bermunajah dan dalam doanya dia curah kan segala isi hatinya. Selesai melaksanakan sholat tahajjud dilanjutkan sholat hajat dan witir sebagai penutup. Setelah itu dia meraih sebuah pena dan sebuah diari mungil di meja samping kasurnya kemudian ia torehkan harapan yang ia sebut dalam doanya agar menjadi saksi bisu sebuah impian yang terhalang. “Ya Allah Negeri Yaman telah membuat tenggorakanku selalu haus akan ilmu, jiwaku senantiasa bersungguh-sungguh dan beristiqamah karenanya, qalbu merindu ketentraman negeri sejuta Wali. Saat angan terhalang ridho orang tua akankah impian juga terhenti? Tapi ku mohon sekali lagi YaAllah bukakanlah pintu hati mereka untuk menunaikan anganku. Jiwa  ini seperti telah menikmati ketentraman negeri Yaman sejenak walau hanya dalam mimpi namun, nyatanya semua hanya angan semata yang perlahan mengukir perih di hati. Ya Allah aku akan sabar menanti sampai angan itu tercapai”
            Keesokan harinya saat menikmati suasana senja bersama abi dan ummi
“Nak kamu betul-betul ingin ke Yaman?” tukas abi memulai obrolan
“ telah kuurungkan niatku untuk kesana abi, mungkin abi betul juga pendidikanku ditanah Jawa sudah cukup saatnya aku mengabdi untuk abi dan ummi serta mengamalkan ilmu yang telah ku peroleh” jawab nabila sembari menunduk
“Nak berangkatlah jika sudah yakin, abi ridho. Maafkan abi yang sempat menghalangi mimpimu. Saat sepetiga malam ummimu terbangun sekedar menengok kondisimu nak ,ummi khawatir karena sejak kemarin siang kamu tak pernah keluar kamar dan pada akhirnya ummi menemukan sebuah diary mungil yang kau genggam saat tetidur lelap usai menunaikan sholat tahjjud. Hati abi dan ummi tergugah seketika saat membacanya dengan ini abi nyatakan rela melepasmu kenegeri impianmu untuk menuntut ilmu nak. Semoga ridho Allah senatiasa dilimpahkan padamu“ kata abi akhirnya melepas Nabila
“Alhamdulillah syukron katsiran abi akhirnya anganku akan  segera kugapai dan kesungguhanku selama ini telah terbalaskan” tutur Nabila penuh rasa syukur.
            Akhirnya angan Nabila pun tercapai menuntut ilmu ke Dar Zahro’ di Yaman Negeri impiannnya....

THE END






Tidak ada komentar:

Posting Komentar